Zine?

Kalau sekilas didengar dari namanya, Magazine dengan Zine seperti tidak jauh berbeda ya. Ternyata tujuannya juga hampir sama kok. Cuma bedanya, Zine merupakan media alternatif yang dipakai untuk menyampaikan hal-hal yang sifatnya personal.

Misalnya seperti opini, art work, review, puisi, bahkan curhatan pribadi. Pokoknya semuanya suka-suka si pembuat!

Zine lahir dari gagasan kelompok music hardcore punk sebagai media promosi musik dan menyebarkan opini mereka karena pada saat itu akses internet sangat terbatas. Karena sifatnya sangat personal dan mudah sekali untuk dibuat serta didistribusikan, maka nggak sedikit orang yang mulai tertarik untuk membuat zine juga.

Bisa dibilang, zine ini adalah bentuk fisik dari sebuah blog atau versi cetaknya.. Biasanya zine berbentuk booklet seukuran A5 tapi juga bisa berbentuk flyer, semuanya terserah si pembuat. Ya pokoknya semuanya suka-suka dia yang buat saja.

Proses produksi dari sebuah zine pun terlihat mudah namun sebenarnya membutuhkan perjuangan lebih. Ya kurang lebih sama seperti seorang content creator yang sedang mempersiapkan konten untuk blog pribadi. Proses pembuatan zine ini dimulai dari membuat konten, menyusun layout, hingga mencetak dan memperbanyak dengan foto kopi lalu didistribusikan. Semuanya serba independen dan pakai duit sendiri.

Konten zine ini umumnya lebih berani. Gak sedikit orang yang menyuarakan aspirasinya melalui zine bikinannya. Itulah salah satu yang membedakan zine dengan majalah komersil pada umumnya. Dalam skena underground pun zine juga merupakan media alternatif yang digunakan untuk membahas isu dan distribusi informasi. Biasa juga dianggap sebagai media perlawanan terhadap media mainstream. Hmmm ngeri ya. Tapi nggak sedikit juga kok zine yang isinya cuma sebatas buat seneng-seneng saja.

Saat ini zine-zine yang beredar sangat beragam isinya. Misalkan seperti ilustrasi, kolase, kumpulan foto-foto, dan sebagainya. Bahkan juga mulai banyak zine yang lengkap dengan tim kerja layaknya kontributor dan fotografer sepeti halnya susunan organisasi majalah. Tapi yang membuat beda adalah masa terbitnya. Zine ini masa terbitnya nggak berkala, semuanya suka-suka tergantung dengan keinginan si pembuat.

Pasti muncul pertanyaan kan, β€œNgapain sih, masih ada aja orang yang bikin zine gini kayak punya waktu luang yang banyak?".

Meskipun terkesan ribet dan membutuhkan tenaga dan waktu yang panjang karena harus menulis atau ketik, foto, layout, print, copy, belum lagi disebarkan dan segala macam. Membuat zine ini memiliki kepuasan tersendiri bagi pembuatnya. Dan hal ini lah yang membuat para zine maker terus berkarya.

Entahlah rasanya skena hardcore punk sekarang sangat jarang membuka lapakan zine. Baik itu di event musik mau pun di luar itu. Sejauh ini di Bandung baru beberapa hari lalu ada lagi zine fest. Di kota kalian bagaimana?